Stok minim menjadi rebutan
Rising star asal pemain Inggris selalu menjadi rebutan klub-klub besar. Karena begitu pentingnya kuota homegrown player yang diberlakukan, para klub mesti mencari pemain muda untuk mengisi kuota tersebut agar kuota tersebut dapat dipenuhi untuk beberapa tahun ke depan.
Hal ini yang menyebabkan para pemain muda Inggris tiba-tiba harganya naik karena banyak klub besar yang memperebutkan mereka dan klub yang menaungi pemain muda tersebut bisa dengan mudah menaikkan harga pemain tersebut.
Mulai dari media, kuota homegrown player, hingga pemain hebat yang sulit di dapat menjadi faktor yang dapat menaikkan harga pemain. Sebenarnya dengan aturan homegrown player ini malah bagus untuk pemain Inggris sendiri karena dapat lebih banyak kesempatan bermain dan bersaing dengan pemain dari berbagai belahan dunia. Namun hal ini seperti pedang bermata dua karena mereka yang belum matang terlihat overpriced.
Baca Juga: 5 Pemain Inggris Paling Setia Bersama Klub Premier League Hingga Kini
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Inilah alasan nilai pasar pemain Inggris di Euro 2024 sangat mahal. Dari 9 pemain Inggris yang memiliki nilai pasar di atas Rp1 triliun, mayoritasnya bermain di Premier League.
TRIBUNNEWS.COM - Dalam beberapa tahun terakhir, pemain asal Inggris selalu dibanderol dengan harga super mahal. Regulasi pemain homegrown adalah penyebab utamanya.
Regulasi pemain homegrown mewajibkan seluruh klub Liga Inggris untuk mendaftarkan delapan pemain homegrown dari 25 kuota pemain yang didaftarkan untuk kompetisi Liga Inggris.
Dilansir dari laman resmi Premier League, regulasi pemain homegrown adalah pemain berusia 21 tahun atau lebih yang saat dia berusia 15-21 tahun telah bermain selama tiga tahun di suatu negara.
Baca juga: Bursa Transfer: Kasihan AC Milan, Pemain Idamannya Resmi Jadi Milik Klub Liga Inggris
Asal negaranya pun tak mesti Inggris. Boleh dari mana saja, yang terpenting selama tiga tahun pernah bermain di akademi klub-klub Inggris atau Wales.
Oleh karena itu, dalam kasus Spurs, Eric Dier tidaklah dihitung sebagai pemain homegrown meskipun dia berpaspor Inggris.
Hal itu dikarenakan, saat muda, Dier mengenyam akademi di luar Inggris, tepatnya di Portugal bersama Sporting CP.
Justru pemain seperti Paul Pogba dan Romelu Lukaku masuk dalam kategori pemain homegrown karena telah bermain sepak bola di Inggris sejak usia 16 tahun.
Konsekuensi dari FA untuk tim Inggris yang tidak mematuhi aturan tersebut adalah dibatasinya jumlah pemain yang mereka daftarkan.
Dari 25 kuota, mereka hanya bisa mendaftarkan 17 pemain.
Hal tersebutlah yang membuat beberapa tim Inggris kelabakan dan mengakali peraturan tersebut.
Salah satunya Manchester United, Setan Merah rela merekrut kiper tua hanya untuk memenuhi kuota pemain homegrown yaitu Lee Grant dan Tom Heaton.
Angelino, adalah salah satu pemain yang paling merasakan dampak negatif dari peraturan tersebut.
Baca juga: Bursa Transfer Liga Inggris: Bos Chelsea Guyur Dana Guna Pulangkan Si Anak Hilang
Di tahun 2019, pemain yang berposisi sebagai bek kiri tersebut direkrut Manchester City dari PSV hanya untuk memenuhi kuota pemain homegrown.
Hasilnya, di musim tersebut Angelino hanya diberi kesempatan bermain sebanyak enam kali untuk The Citizen.
menjadi polemik di balik pemecatan
sebagai Dirut TVRI. Siaran Liga Inggris memang bertarif paling mahal di dunia. Berapa?
Dewan Pengawas (Dewas) TVRI memutuskan tidak menerima jawaban dari surat pembelaan diri Helmy Yahya. Ketua Dewas TVRI Arief Hidayat Thamrin mengungkapkan bahwa Helmy tidak memberikan penjelasan mengenai siaran berbiaya besar seperti siaran sepakbola Liga Inggris.
Seperti diketahui TVRI menjadi satu-satunya televisi di Indonesia yang menyiarkan pertandingan-pertandingan Premier League pada musim 2019/2020. TVRI membeli siaran Liga Inggris dari pemilik hak siar di Indonesia, Mola TV. Berapa nilainya? Helmy Yahya memilih bungkam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bukan soal uang. Tapi setelah kita diskusi sama pemberi hak siar, kami pada sampai kesimpulan, ada hal-hal yang tidak diperhitungkan orang. Yaitu jangkauan. Saya tidak bisa buka nilai atau angka-angkanya. Tapi bagi kita, ini adalah rezeki masyarakat Indonesia," ucap pria asal Sumatra Selatan itu saat diwawancarai oleh sebuah media Tanah Air, pada tahun lalu.
TVRI memang tidak menayangkan seluruh pertandingan, melainkan hanya dua kali sepekan di hari Sabtu dan Minggu di jam-jam tertentu. Dikutip dari
, harga hak siar Liga Inggris merupakan yang termahal dengan nilai total 9,2 miliar paun (Rp 164 triliun), atau 4,2 miliar paun (Rp 6,37 triliun) untuk internasional.
Nilai hak siar Liga Inggris jauh di atas Liga Italia. Per kesepakatan Oktober 2017, siaran
serie A dijual ke pasar internasional dengan nilai 371 juta euro (Rp 6,6 trilun) untuk periode 2018-2021.
dengan cakupan serupa 'hanya' berharga 280 juta euro (Rp 4,25 triliun) selama lima tahun dari 2017-2021.
Media yang terlalu berlebihan
Media Inggris memang selalu melebih-lebihkan para pemain liga Inggris, terutama pemain berkebangsaan Inggris itu sendiri. Hal ini berdampak pada pemain yang hanya one season wonder ataupun hanya bermain bagus pada beberapa pertandingan tiba-tiba menjadi buah bibir dan harga mereka menjadi naik karena ulah media.
Contohnya, saat Andy Carroll memulai musim pertamanya di liga Inggris bersama Newcastle. Memang dia mencetak 11 gol dalam 19 pertandingan. Karena hal tersebut, media menyebutnya sebagai The Next Alan Shearer padahal ia baru saja menjalani setengah musim di kasta tertinggi liga inggris. Hingga pada akhirnya, dia dibeli Liverpool pada bursa transfer musim dingin dengan harga 35 juta pounds. Lebih mahal dari Luis Suarez yang hanya 26,5 juta pounds.
Hasil dari dua transfer tersebut sudah bisa kita lihat dengan Luis Suarez jauh lebih sukses dari Andy Carroll semasa bermain di Liverpool.
Pemain Inggris sulit beradaptasi
Pemain Inggris bisa dibilang terlalu betah bermain di negara sendiri. Faktanya, ada banyak pemain Inggris yang mencoba peruntungan di luar tanah Britania malah berujung flop. Ambil contoh Michael Owen saat pindah ke Real Madrid pada 2004 lalu. Owen datang sebagai salah satu amunisi dari Los Galacticos. Namun, karier Owen di sana tidak berjalan baik karena seringkali berada di bangku cadangan.
Namun, performa Owen sempat meningkat selepas bermain bersama timnas Inggris pada bulan Oktober dan beberapa kali menjadi starter setelah itu. Hingga pada akhirnya, Owen hanya mencetak 16 gol selama semusim penuh, kemudian memutuskan pindah kembali ke Inggris bersama Newcastle United.
Baca Juga: 9 Pemain Inggris yang Pernah Raih Golden Boot Premier League, Tajam!
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Klub Inggris yang kaya raya
Klub Inggris banyak sekali yang memiliki banyak uang karena di samping pemilik klub yang kaya raya, hak siar yang di dapatkan pun adalah yang terbesar di antara semua liga. Jika ada klub kecil yang pemainnya diincar oleh klub besar, pastinya mereka menaikkan harga asli sang pemain karena mereka tahu kalau klub besar liga Inggris sangat sanggup memenuhi harga yang mereka inginkan.
Sekarang Banyak Klub Inggris Yang Kaya
Selain itu, alasan lain mengapa pemain berpaspor Inggris harganya mahal yakni karena banyak klub-klub Liga Inggris sekarang memiliki kekayaan berlimpah berkat para investor asing. Klub-klub Inggris ini rata-rata lebih kaya daripada kesebelasan di liga lainnya. Karena popularitas yang luas, peringkat hak siar televisi, dan biaya pemasukan yang otomatis tinggi. Hal ini yang membuat kondisi finansial kesebelasan Inggris lebih kuat.
Semakin kuat kondisi finansial sebuah kesebelasan, akan membuat mereka tak segan mengucurkan lebih banyak uang. Misalnya saja, ketika kesebelasan seperti Chelsea atau Manchester City datang menanyakan harga pemain ke sebuah klub, hanya klub bodoh yang akan meminta sedikit uang pada mereka.
Artinya, jika ada klub yang memiliki pemain muda berbakat asal Inggris dan diincar oleh klub besar, pastinya mereka akan menaikkan harga seenak jidat. Sebab, klub tersebut tahu bahwa klub yang mengincar pemainnya tersebut sanggup memenuhi harga yang mereka inginkan.
Dari beberapa faktor itu semua intinya adalah, ketika faktor kekuatan media ditambah dengan faktor kebutuhan dan disempurnakan oleh faktor peraturan, maka nilai harga pemain Inggris yang sebenarnya tidak terlalu spesial bisa menjadi berubah di luar nalar. Dan tren itu sepertinya akan terus berlanjut.
https://youtu.be/Nkga_lOXn5M
Sumber Referensi : thethletic, sportskeeda, givemesport
Liga Inggris memang dikenal liga sangat kompetitif, bahkan diberi label liga terbaik di dunia. Hal ini berdampak pada pemain dari negara tersebut yang biasanya diberi harga jauh lebih mahal dari harga pasaran mereka. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Karena hal tersebut juga, pemain Inggris seringkali disebut overpriced karena performa yang diberikan tidak sesuai dengan uang yang sudah dikeluarkan oleh klub.
Lantas, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apa saja faktor harga pemain Inggris mempunyai harga yang mahal? Yuk simak artikel di bawah ini!
Aturan homegrown player
Mungkin dengan adanya peraturan homegrown player yang diterapkan oleh liga yang membuat pemain asli Inggris menjadi sangat mahal. Dalam Premier League, setiap tim harus mempunyai minimal 8 homegrown player dari total 25 orang yang didaftarkan untuk bermain di liga.
Karena peraturan tersebut, klub-klub besar berebut untuk mencari bakat pribumi terbaik di mana berdampak pada harga pemain tersebut yang melonjak naik karena banyak yang memperebutkannya.
Pemain Inggris Lebih Suka Main Di Negerinya Sendiri
Dari faktor “Homegrown Player, sebenarnya kita bisa melihat dampak lain yang menyertai, kenapa pemain Inggris itu harganya cenderung mahal. Kita lihat pada sisi kebetahan beberapa pemain Inggris bermain di liga negaranya sendiri. Bahkan kalau dilihat dari skuad timnas Inggris sekarang, mayoritas diisi oleh para pemain yang bermain di Liga Inggris.
Menengok Liga Inggris sendiri, kini notabene tak dipungkiri banyak dijajah para pemain top luar Inggris. Maka dari itu, preferensi dan status eksklusif para pemain Inggris terutama yang main di timnas sangat menjadi rebutan dan harganya pasti menjulang tinggi.
Pemain Inggris ini juga bisa dibilang terlalu betah bermain di negara sendiri. Faktanya, ada banyak pemain Inggris yang mencoba peruntungan di luar tanah Britania dan malah berujung flop. Ambil contoh, Michael Owen saat pindah ke Real Madrid.
Meskipun begitu, di era sekarang ini banyak juga yang bisa dikatakan berhasil, seperti Tomori, Smalling, Young, maupun Tammy Abraham yang merantau di Serie A. Itupun semua juga pemain reject dari Liga Inggris. Ditambah kualitas Serie A yang tentu saja berbeda dengan Liga Inggris.
Di Jerman pun dulu ada pemain seperti Owen Hargreaves, Jadon Sancho, maupun kini Jude Bellingham. Bahkan sekarang Bellingham dibandrol dengan harga yang tak masuk akal hingga ratusan juta pounds.
Spoiler for Pemain Inggris Termahal:
From Liverpool to Manchester City 49jt Poundsterling tahun 2015
From Southampton to Manchester United 32jt Poundsterling tahun 32jt Poundsterling tahun 2014
From Southampton to Liverpool 25jt Poundsterling tahun 2014
Agan2/Aganwati bisa melihat dari keterangan diataas, sebenarnya kenapa sih, Pemain-pemain Inggris dihargai mahal oleh klub Inggris lain. Sangat mengejutkan bahwa meskipun kegagalan mereka yang konsisten, para pemain Inggris terus menjadi over-priced pada setiap bursa transfer. Cukup membingungkan melihat fakta bahwa pemain di atas memiliki celah besar dalam kisaran harga. Ini adalah pemain Inggris (yang katanya) berpengalaman di liga tertinggi di dunia, sementara bisa dibandingkan dengan Toni Kross menjadi juara dunia bersama German di 2014 tapi dibeli Real Madrid 24jt Poundsterling. Lantas Mengapa pemain Inggris mahal? Apakah mereka lebih berbakat? Atau itu hanya karena mereka bisa berbahasa Inggris? Terus terang, jawaban sederhananya adalah tidak. Kami melihat pemain Jerman atau Spanyol misalnya, akan memberikan banyak pilihan dengan biaya yang cenderung lebih murah. Jika mau membandingkan lagi, kita bisa melihat performa atau prestasi klub diluar liga inggris di kancah Eropa atau International.
Spoiler for Media Effect:
Digadang-gadang The Next Ronaldonya Inggris
Alasan yang pertama dan paling jelas adalah Media. Dari jaman media itu nongol ampe sekarang itu media mengobral beberapa pemain muda ingusan bau kencur yang digadang-gadangkan bakal menjadi “pemain masa depan Inggris”. Ini lebih parah sebenarnya daripada “The Next Maradona” atau “The Next Pele”, karena mereka kadang beban muncul dan klo pada ga sesuai ekspetasi langsung tenggelam secara cepat deh. Seberapa sering kita melihat ini terjadi dalam beberapa tahun terakhir? Ada juga tekanan besar pada pemain… akibat dari media, yang dapat mempengaruhi performa pemain tersebut. Andrew Carroll tenggelam dengan label harganya yang mahal, begitupun dengan Francis Jeffers, David Bentley, Jermaine Jenas, Wilfried Zaha (di Manchester United), Anton Ferdinand, Richard Wright, dan banyak lagi deh pemain lainnya.
Spoiler for Pemain Inggris lebih memilih untuk bermain di Inggris:
Ada banyak opini tentang pengaruh pemain asing di sepakbola Inggris. Ini adalah opini yang benar. Sergio Aguero adalah top skor, begitupun Diego Costa, Francesc Fabregas, David De Gea, Thiabaut Courtois, dan lain-lain. Tapi apa yang kebanyakan orang tidak menyadari adalah bahwa, selama lebih dari satu dekade sangara Inggris telah terdiri dari terutama pemain yang bermain di Liga Primer. Satu pengecualian adalah Owen Hargreaves, yang sempat bercokol di Bundesliga Jerman sebelum bergabung dengan Manchester United. Bahkan saat ini, seluruh pemain di sangara Inggris terdiri dari pemain di Liga Primer. Hal ini kontras dengan pemain dari negara lain, bahkan Italia yang sudah mulai memanggil beberapa pemain dari luar Serie A Italia. Di Liga Inggris, kita melihat pengaruh yang semakin meningkat dari Spanyol, Jerman, Perancis, dan sekarang Belgia. Mereka datang dan “menjajah” Liga Inggris untuk menyingkirkan para pemain Inggris. Hal ini telah terjadi selama bertahun-tahun dan karena financial dan pengen instant sulit hal ini ditiadakan karena ga akan menarik lagi EPL. Karena hal macam kaya gitu bikin pemain Inggris menjadi sangat mahal, karena salah satunya kesebelasan tidak mau menjual pemain Inggris mereka untuk tim saingan mereka dengan harga murah. Bahkan untuk kesebelasan Championship, League One, maupun League Two sekalipun. Sehingga harga pemain Inggris pun semakin naik.
Spoiler for Kesebelasan Inggris lebih kaya:
Menurut laporan terbaru, kesebelasan Inggris rata-rata lebih kaya daripada kesebelasan di liga lainnya. Karena popularitas yang luas, peringkat hak siar televisi, dan biaya pemasukan, hal ini yang membuat kondisi finansial kesebelasan Inggris lebih kuat. Semakin kuat kondisi finansial sebuah kesebelasan, akan membuat mereka tak segan mengeluarkan lebih banyak uang. Misalnya saja, ketika kesebelasan seperti Chelsea atau Manchester City datang menanyakan harga pemain, hanya orang bodoh yang akan meminta sedikit uang. Reputasi terus naik, dan uang adalah segalanya.
Spoiler for Aturan homegrown:
Dengan aturan homegrown yang berlaku, permintaan untuk pemain Inggris telah meningkat jauh. Dengan maksimal 25 pemain yang memenuhi syarat dalam skuat dan 8 dari mereka harus homegrown, permintaan untuk pemain tersebut telah meningkat. Sebagai lawan belanja besar untuk mendatangkan bintang top dari luar negeri, kesebelasan sekarang harus mencari bakat Inggris untuk mengisi daftar pemain mereka, meskipun tak harus bermain di susunan sebelas pemain utama. Apapun alasannya, faktanya adalah bahwa pemain Inggris memang lebih mahal daripada pemain-pemain asing. Kemudian dengan aturan homegrown, maka tren ini akan terus berlanjut.
Spoiler for Panic Buying:
From Newcastle United to Liverpool 35jt Poundsterling pada akhir januari 2011
Banyak yang sudah kita pelajari dari kapitalisme Liga Primer Inggris di dunia. Liga bertabur bintang dan uang ini sudah menjadi duri di dalam daging bagi sepakbola Inggris sendiri. Beberapa kebijakan baru memang semakin dikembangkan, misalnya saja akibat dari performa memukau permata baru Inggris, Harry Kane. Pada jendela transfer nanti, kita jangan heran jika beberapa pemain Inggris masih memiliki harga yang tinggi. Kita juga jangan kesal jika ketika kita bermain permainan video Football Manager, EA Sports FIFA, atau Pro Evolution Soccer, kita kesulitan finansial untuk membeli pemain-pemain Inggris. Contoh dari dampak terbaru ada pada Manchester City yang kehilangan James Milner, Micah Richards, Frank Lampard, dan (bisa jadi) Scott Sinclair, sehingga sekarang mereka kelabakan untuk mencari pemain asal Inggris yang bisa diandalkan. Percaya maupun tidak percaya kepada gosip transfer, itu lah kenapa pada transfer kemarin klub-klub banyak jor-joran ingin membeli Raheem Sterling, Jack Wilshere, Ross Barkley, John Stones, atau Patrick Roberts dengan harga yang tinggi.
Sumur selain dari TS, mbaah Google, om Wikiie juga banyak dari
"Kesempurnaan Hanya Milik Pembaca, Kekurangan Hanya Milik Sang TS Yang Memberikan Info Keliru"
Ibarat setelah makan di resto elit nan mewah, setelah itu tahu harganya sangat mahal, biasanya terbesit pikiran “kalau tau harganya mahal begini, tadinya makan di warteg saja bisa dapat 3 kali makan”. Seperti itulah umumnya restoran elit ketika mereka membandrol sajiannya dengan tawaran-tawaran menggiurkan.
Hal itulah yang persis menggambarkan harga para pemain Inggris sekarang ini di bursa transfer. Ibarat makanan mahal ala resto elit, walaupun rasanya mungkin sebelas dua belas sama warteg. Harga para pemain Inggris sekarang ini telah berubah.
Trennya menjadi mahal di bursa transfer. Lantas apa penyebabnya? Jawabannya sama seperti kenapa restoran elit itu harganya mahal. Ada beberapa faktor daya tarik yang menyertainya.
Faktor yang pertama terlihat jelas adalah media. Bagaimana seringnya pundit dan media-media Inggris terlalu menggembar-gemborkan para pemain Inggris. Kadang terkesan lebay dengan istilah “the next”. Seperti Andy Carroll ketika moncer di Newcastle, langsung dibilang “the next Alan Shearer”. Kemudian juga beberapa pemain yang secara performa dilebih-lebihkan seperti dulu ada Jack Wilshere, Danny Welbeck, dan masih banyak lagi. Dan lihat, mereka kini nasibnya kini seperti apa.
Akhir-akhir ini banyak ditemukan contoh kasus serupa seperti harga Jack Grealish yang ditebus dengan harga 100 juta pounds (Rp1,7 tirliun), kini di City mainnya seperti apa? Kemudian harga Sterling ketika dibeli City maupun kini dibeli Chelsea, harganya pun masih tergolong tinggi.
Belum lagi kapten abadi dunia akhirat Harry Maguire, Sancho, maupun Wan Bissaka ketika ditebus MU. Ramsdale dan Ben White yang ditebus Arsenal dari tim medioker dengan harga cenderung mahal. Ada juga Declan Rice yang dibandrol hingga 150 juta pounds (Rp2,6 triliun) meski sepi peminat. Memang sudah gila harga pasaran para pemain Inggris ini sekarang.
Memang, tak dipungkiri kualitas para pemain itu secara performa tak terlalu buruk-buruk amat. Bahkan dalam tim sebelumnya mampu berpengaruh besar. Dan tak jarang juga para pemain Inggris itu menjadi tulang punggung di klubnya. Namun tetap saja, mereka belum berada pada level untuk dihargai dengan nilai yang begitu tinggi.
Hal ini kadang berdampak pada pemain yang hanya “one season wonder” artinya hanya bermain bagus pada kurun waktu tertentu yang seketika menjadi buah bibir. Namun setelah itu tak tau kelanjutannya seperti apa.
Tentu faktor media bukan segalanya untuk mempengaruhi para pemain Inggris berharga mahal. Faktor lain yang menyertai ialah kebutuhan para klub-klub Inggris akan pemain berstatus “Homegrown Player”. Pemain yang masuk kriteria “Homegrown Player” adalah pemain berkebangsaan mana pun, tidak harus Inggris dan telah berada di klub yang terafiliasi dengan asosiasi sepakbola Britania Raya selama tiga tahun sebelum umur 21 tahun.
Jumlah “Homegrown Players” yang harus didaftarkan klub Inggris berjumlah 8 pemain dari total 25 pemain yang didaftarkan klub ke liga. Jika hanya ada 5 pemain saja, maka klub itu hanya bisa mendaftarkan pemainnya dengan total 22 pemain saja.
Aturan tersebut yang menjadikan kebutuhan akan pemain asli Inggris pun meroket. Peraturan ini sebenarnya cukup baik untuk memberdayakan pemain Inggris asli akademi agar bisa berkembang dan ikut bersaing di ketatnya kompetisi. Namun permasalahan yang terjadi adalah, kuota yang harus diisi oleh masing-masing tim sebanyak delapan pemain itu bukan jumlah yang sedikit.
Maka dari itu, sering para klub mengakalinya dengan menggunakan para pemain muda asli binaan yang belum matang sebagai penghangat bangku cadangan saja. Kalau semisal butuh untuk starting eleven, mereka biasanya akan mencari pemain Inggris yang kemampuannya sudah matang. Dan masalahnya, pemain seperti itu pasti sudah dibandrol mahal oleh klubnya karena tau banyak yang membutuhkannya.
Contohnya tim dengan banyak pemain asing adalah Manchester City. Maka klub kaya raya asal Manchester itu akan melakukan apa saja untuk mendapatkan pemain asli Inggris demi memenuhi kuota “Homegrown Player”. Terbukti Manchester City rela menggelontorkan uang dengan nominal besar untuk mendatangkan pemain seperti Sterling, Stones, Walker, Grealish maupun kini Kalvin Phillips.